
KETIKA JIWAMU KALUT
Kebahagiaan tak
bisa dirasa
Kesedihan tak bisa
dilukis
Keresahan tak
terungkap
Kegalauan tak terfikir
Kegundahan tak
terukir
Ketakutan tak
ber-ngeri
Kesenduan tak terjamah
Lantas.. apa yang sedang
terjadi ketika kekosongan sudah tak butuh lagi dengan ruang?
Bila pahit dan getir
sedang terasa
Meski tak menetes
bau amis darah bisa tercium
Hingga ratusan bunga
bangkai dirasa menjadi permaisuri
Kita lihat kumel dan
pucatnya batu itu, yang selalu berdoa semoga bisa menjadi emas
Dan bukit yang sedang
cemburu dengan dataran bumi
Juga laut yang menatap
iri dengan luas sabana
Semuanya hanyalah
muntahan dari ketololan sebuah ambisi
Sampai-sampai bintang
tsuroyya pun ingin di beli
Coba lihat manusia itu…
Emosi tertahan
Hingga nafsu pun bungkam
Dan berhasil dijinakkan
“apa yang harus
dilakukan…?”
Sementara hati kian lama
menyanyikan riuh tangis yang tak pernah terdengar
Benang yang kusut mungkin
masih bisa di urai
Tapi, ketika hati yang
kalut siapa yang bisa melerai…?
“Biarkan Tuhan dengan
caraNya sendiri yang memutuskan,
Tidak usah kita ganggu dengan
aneka macam ide-ide gila dan sok tahu yang diucap dalam do’a harian…”