Abu Hurairah r.a. bekata: Bersabda Nabi SAW: “Segeralah melakukan amal
salih, sebab akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat
gulita. Ketika itu seorang pada pagi hari mu’min, tiba=tiba pada sore
hari berbalik kafir, menukar agama karena sedikit keuntungan dunia yang
sederhana. (Muslim)
Selintas, hadits ini tidak banyak memberikan pelajaran kepada kita. Seolah-olah tidak ada korelasi positif antara melakukan amal salih dengan tiba-tiba berubahnya orang mu’min menjadi kafir. Tetapi, apabila kita mau merenungkannya sejenak, kemudian kita kaitkan dengan fenomena kehidupan yang terjadi di sekeliling kita, ternyata hadits ini mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kita dan keluarga.
Sebelumnya, mari kita pahami terlebih dahulu tentang pengertian amal salih. Tetapi pengertian amal salih disini bukan bersifat final. Siapapun boleh memberikan kritisi, sekrianya pengertian amal salih ini, menurutnya, keliru atau kurang sempurna. Amal salih adalah perbuatan sunah yang kita lakukan setelah kita memenuhi kewajiban kita kepada Allah yang berupa sholat fardhlu (sembahyang wajib) atau kewajiban yang lain ketika kewajiban itu sudah tiba waktunya bagi kita untuk mengerjakannya, misalnya puasa romadhan atau mengeluarkan zakat fitrah. Dengan pengertian ini, tentu timbul pertanyaan dalam hati kita. Bagaimanakah keabsahan amalan sunah yang kita lakukan, padahal kita belum atau bahkan tidak mengerjakan amalan yang wajib. Misalnya mengerjakan sholat dhuha’ padahal tidak mengerjakan sholat subuh. Atau mengerjakan sholat tarawih padahal tidak puasa. Atau berinfaq padahal tidak membayar zakat fitrah. Untuk lebih amannya saya mengatakan subhat/samar tentang keabsahan amalan semacam ini. Karena yang berhak menentukan sah atau tidaknya adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Orang-orang Mu’min yang Wira’i (berhati-hati) tentu mereka menganggap bahwa amalan ini tidak sah untuk dirinya sendiri.
Berikutnya mari kita telaah tentang kalimat orang mu’min yang menjadi kafir dengan tiba-tiba. Terhadap orang yang sudah jelas kekafirannya, tentu kita sudah menaruh kewaspadaan penuh. Jauh-jauh kita sudah tidak memberikan kepercayaan tentang apapun terhadapnya. Tetapi terhadap orang mu’min, mungkinkah kita memperlakukannya seperti itu. Rasa-rasanya tidaklah patut bagi kita memperlakukan orang mu’min sebagaimana kita memperlakukan orang kafir. Terhadap orang mu’min tentu kita sudah menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Tidak perlu ada rasa curiga dan ragu lagi. Bahaya baru akan terjadi ketika orang mu’min tersebut tiba-tiba berubah menjadi kafir. Padahal saat itu tentu kita sedang tidak menaruh kercurigaan apapun terhadapnya. Saat itu pun kita sedang tidak mempunyai kekhawatiran akan terjadinya bahaya yang ditimbulkannya. Sering kita lihat di layar kaca atau kita baca di media cetak, bahwa kebanyakan pelaku kejahatan terhadap anak-anak adalah orang yang dekat dengan kita. Pelaku kejahatan terhadap anak-anak adalah orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Agar peristiwa-peristiwa menyedihkan dan memilukan itu tidak menimpa keluarga kita, maka disini amal salih kita yang sangat berperan. Karena ketika kita sudah melakukan amal salih, maka Allah SWT akan selalu menyertai, menolong dan menghindarkan kita dari peristiwa-peristiwa menyedihkan yang tidak pernah kita duga bakal menimpa keluarga kita.
Wahai anakku, janganlah engkau menunda-nunda lagi untuk mengerjakan amal salih. Musibah dan bencana selalu siap menimpa kita, dimanapun kita berada. Musibah dan bencana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Hanya dengan amal salih saja kita bisa selamat dari ancaman musibah dan bencana itu, amien…….
Selintas, hadits ini tidak banyak memberikan pelajaran kepada kita. Seolah-olah tidak ada korelasi positif antara melakukan amal salih dengan tiba-tiba berubahnya orang mu’min menjadi kafir. Tetapi, apabila kita mau merenungkannya sejenak, kemudian kita kaitkan dengan fenomena kehidupan yang terjadi di sekeliling kita, ternyata hadits ini mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kita dan keluarga.
Sebelumnya, mari kita pahami terlebih dahulu tentang pengertian amal salih. Tetapi pengertian amal salih disini bukan bersifat final. Siapapun boleh memberikan kritisi, sekrianya pengertian amal salih ini, menurutnya, keliru atau kurang sempurna. Amal salih adalah perbuatan sunah yang kita lakukan setelah kita memenuhi kewajiban kita kepada Allah yang berupa sholat fardhlu (sembahyang wajib) atau kewajiban yang lain ketika kewajiban itu sudah tiba waktunya bagi kita untuk mengerjakannya, misalnya puasa romadhan atau mengeluarkan zakat fitrah. Dengan pengertian ini, tentu timbul pertanyaan dalam hati kita. Bagaimanakah keabsahan amalan sunah yang kita lakukan, padahal kita belum atau bahkan tidak mengerjakan amalan yang wajib. Misalnya mengerjakan sholat dhuha’ padahal tidak mengerjakan sholat subuh. Atau mengerjakan sholat tarawih padahal tidak puasa. Atau berinfaq padahal tidak membayar zakat fitrah. Untuk lebih amannya saya mengatakan subhat/samar tentang keabsahan amalan semacam ini. Karena yang berhak menentukan sah atau tidaknya adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Orang-orang Mu’min yang Wira’i (berhati-hati) tentu mereka menganggap bahwa amalan ini tidak sah untuk dirinya sendiri.
Berikutnya mari kita telaah tentang kalimat orang mu’min yang menjadi kafir dengan tiba-tiba. Terhadap orang yang sudah jelas kekafirannya, tentu kita sudah menaruh kewaspadaan penuh. Jauh-jauh kita sudah tidak memberikan kepercayaan tentang apapun terhadapnya. Tetapi terhadap orang mu’min, mungkinkah kita memperlakukannya seperti itu. Rasa-rasanya tidaklah patut bagi kita memperlakukan orang mu’min sebagaimana kita memperlakukan orang kafir. Terhadap orang mu’min tentu kita sudah menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Tidak perlu ada rasa curiga dan ragu lagi. Bahaya baru akan terjadi ketika orang mu’min tersebut tiba-tiba berubah menjadi kafir. Padahal saat itu tentu kita sedang tidak menaruh kercurigaan apapun terhadapnya. Saat itu pun kita sedang tidak mempunyai kekhawatiran akan terjadinya bahaya yang ditimbulkannya. Sering kita lihat di layar kaca atau kita baca di media cetak, bahwa kebanyakan pelaku kejahatan terhadap anak-anak adalah orang yang dekat dengan kita. Pelaku kejahatan terhadap anak-anak adalah orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Agar peristiwa-peristiwa menyedihkan dan memilukan itu tidak menimpa keluarga kita, maka disini amal salih kita yang sangat berperan. Karena ketika kita sudah melakukan amal salih, maka Allah SWT akan selalu menyertai, menolong dan menghindarkan kita dari peristiwa-peristiwa menyedihkan yang tidak pernah kita duga bakal menimpa keluarga kita.
Wahai anakku, janganlah engkau menunda-nunda lagi untuk mengerjakan amal salih. Musibah dan bencana selalu siap menimpa kita, dimanapun kita berada. Musibah dan bencana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Hanya dengan amal salih saja kita bisa selamat dari ancaman musibah dan bencana itu, amien…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar